Jumat, 04 April 2014

TUGAS 1 - Bahasa Indonesia 2#

Nama : Echa Saefulloh H
NPM: 12211305
KELAS 3EA26


Teori Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu:
  1. Proses berfikir logis, sistematis, teroganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan kesimpulan
  2. Menghubungkan fakta atau data sampai dengan suatu kesimpulan.
  3. Proses menganalisis suatu topic sehingga menghasilkan suatu kesimpulan atau pengertian baru.
  4. Dalam karangan terdiri dari dua variable atau lebih, penalaran dapar diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubungkan variable yang di kaji hingga menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.
Penalaran dapat dibedakan dengan cara induktif dan deduktif. Penalaran ilmiah merupaan sistesis antara kedua penalaran ini:
  1. Penalaran induktif adalah proses berfikir yang bertolak dari suatu atau sejumlah fenomena atau gejala individual untuk menurunkan suatu inferensi yang berlaku umum.
  2. Penalaran deduktif adalah proses berfikit yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum untuk suatu hal atau gejala, atas prinsip umum merupakan bagian dari hal atau gejala umum.
Pengertian Penalaran Menurut Para Ahli:
  1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui.
  2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
  3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

SUMBER REFERENSI: 

TUGAS 2 - Bahasa Indonesia 2#


Nama: Echa Saefulloh H
NPM: 12211305
Kelas : 3EA26


Teori mengenai Metode Ilmiah dan Sikap Ilmiah

Metode Ilmiah
     Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol. Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.

Unsur-unsur yang mempengaruhi metode ilmiah
     Metode ilmiah dipengauhi unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan teratur. Kondisi alam yang demikian, diduga para filosof karena adanya asas tunggal atau hukum alam (natural law). Karena sifat yang demikian itu, maka manusia dianggap mampu melakukan proses generalisasi dan sekaligus melakukan eksplanasi. Lahirnya proses generalisasi itu, dalam kaidah filsafat ilmu disebabkan karena ada sebuah metode yang disebut metode ilmiah.

Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah, sebagai  berikut :
·         Karakterisasi: pengamatan atau pengukuran
·         hipotesis : Penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran
·         prediksi: Logika deduktif dari hipotesis
·         ekperimen: Pengujian atas semua hal yang telah dilakukan diawal.

Ditemukannya metode berpikir ilmiah secara langsung telah menyebabkan terjadinya ledakan kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Manusia bukan saja dianggap dapat hidup dalam ritmis modernism yang serba mudah dan menjanjikan.  Lebih dari itu, manusia dapat menggapai sesuatu yang sebelumnya seolah tidak mungkin digapai.


Sikap Ilmiah
     Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah
Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
  • Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.
  • Sikap kritis. Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
  • Sikap terbuka. Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
  • Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
  • Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
  • Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
  • Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.


SUMBER REFERENSI: