NPM : 12211305
KELAS : 4EA26
Bisnis dan Etika
Kata
“etika” dan “etis” tidak selalu dipakai dalam arti yang sama dan karena itu
pula “etika bisnis” bisa berbeda artinya. Suatu uraian sistematis tentang etika
bisnis sebaiknya di mulai dengan menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti
“ etika” dan “etis” dipakai. Perlu diakui, ada beberapa kemungkinan yang tidak
seratus persen sama (walupun perbedaannya tidak seberapa) arti-arti “etika”
adalah membedakan antara “ etika sebagai praksis” dan “etika sebagai refleksi”.
Pengertian bisnis dan etika bisnis
- Bisnis adalah kegiatan manusia dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat
- Etika adalah cabang fislsafat yang mempelajari baik buruknya perilaku manusia. Karena itu etika dalam arti ini sering disebut juga “filsafat praktis”.
- Etika bisnis adalah aturan main prinsip dalam organisasi yang menjadi pedoman membuat keputusan dan tingkah laku.
Mitos Bisnis Amoral
Bisnis
adalah bisnis. Bisnis jangan di campur adukan dengan etika. Demikianlah ungkapan
yang sering kita dengar yang menggambarkan hubungan antara bisnis dan etika
sebagai dua hal yang terpisah satu sama lain. Inilah ungkapan-ungkapan
yang disebutkan oleh De George sebagai
Mitos Bisnis Amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas
anggapan atau keyakinan orang bisnis, sejauh mereka menerima mitos seperti itu,
tendang dirinya, kegiatannya, dan lingkungan kerjanya. Yang mau digambarkan di
sini adalah bahwa kerja orang bisnis adalah berbisnis dan bukan beretika. Atau secara
lebih tepat, mitos bisnis amoral mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antar
bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan sama sekali. Bisnis tidak
punya sangkut paut dengan etika dan moralitas. Keduanya adalah dua bidang yang
terpisah satu sama lain. Karena itu bisnis tidak boleh di nilai dengan
menggunakan norma dan nilai-nilai etika. Bisnis dan etika adalah dua hal yang
sangat berbeda dan tidak boleh di campuradukkan. Apabila itu dilakukan, telah
terjadi sebuah kesalahan kategoris. Bisnis hanya bisa dinilai dengan kategori
dan norma-norma bisnis dan bukan dengan kategori dan norma-norma etika.
Untuk memperlihatkan
kebenaran mitos bisnis amoral tersebut, bisnis diibaratkan sebagai permainan
judi, yang dapat menghalalkan segala cara untuk menang dan memperoleh
keuntungan. Atas dasar ini, muncul beberapa argumen yang pada dasarnya mau
memperlihatkan bahwa antara bisnis dan etika tidak ada hubungan sama sekali,
argumen tersebut antara lain:
- Bisnis merupakan bentuk sebuah persaingan bagi semua orang yang terlibat di dalamnya dan selalu berusaha dengan segala macam cara dan upaya untuk bisa menang.
- Aturan yang di pakai dalam permainan penuh persaingan itu berbeda dari aturan yang ada dan di kenal dalam kehidupan sosial pada umumnya.
- Orang bisnis yang masih mau mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah persaingan ketat tersebut.
Kesimpulanya:
bisnis dan etika adalah dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Bahkan
sebagaimana diungkapkan salah satu argumen di atas, etika justru bertentangan
dengan bisnis dan akan membuat pelaku bisnis kalah dalam persaingan bisnis yang
ketat. Maka, orang bisnis tidak perlu memperhatikan imbauan-imbauan,
norma-norma, dan nilain-nilai moral.
Keutamaannya etika bisnis
- Dalam bisnis moderen, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-orang profesional di bidangnya. Perusahaan yang unggul bukan hanya memiliki kinerja dalam bisnis. Manajerial dan finansial yang baik akan tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
- Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat, maka konsumen benar-benar raja kepercayaan konsumen di jaga dengan memperlihatkan citra bisnis yang baik dan etis.
Sasaran Dan Lingkup Etika Bisnis
Ada
tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis disini. Yang pertama, etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai
prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan
etis. Etika bisnis bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena bisnis yang baik dan etis
menunjang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. Dan berfungsi menggugah
kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis demi
nilai-nilai luhur tertentu dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis
dalam lingkupnya yang pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi
perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut secara eksternal.
Sasaran yang kedua, yaitu untuk menyadarkan
masyarakat, khususnya konsumen, karyawan dan masyarakat luas, akan hak dan
kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun
juga. Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat untuk
bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik demi
terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat. Etika bisnis mengajak masyarakat
luas untuk sadar dan berjuang menuntut haknya agar hak dan kepentingannya tidak
dirugikan oleh pembisnis.
Pada sasaran ketiga, etika bisnis juga berbicara
mengenai system ekonomi yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek
bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro. Dalam lingkup makro,
etika bisnis berbicara mengenai monopoli,oligopoly, kolusi dan praktek-praktek
semacamnya yang akan sangat mempengaruhi tidak saja sehat tidaknya suatu
ekonomi melainkan baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara tersebut.
Etika bisnis menekankan pentingnya kerangka legal-politis bagi praktek yang
baik, yaitu pentingnya hukum dan aturan bisnis serta peran pemerintah yang
efektif menjamin keberlakuan aturan bisnis tersebut secara konsekuen tanpa
pandang bulu.
Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Pada
dasarnya prinsip-prinsip etika bisnis tidak jauh berbeda dengan
prinsip-prinsip yang ada di kehidupan sehari-hari kita, dan prinsip-prinsip
tersebut juga berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat pada umumnya di
seluruh belahan dunia.
Menurut (Sonny
Keraf, 1998, dikutip oleh Arijanto, 2011), prinsip-prinsip etika bisnis
meliputi :
a. Prinsip otonomi: Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkankesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip kejujuran: Kegiatan bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil jika tidak
didasarkan atas kejujuran,yaitu:
-
Jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
-
Kejujuran
dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
-
Jujur dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip keadilan: Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
d.
Prinsip saling menguntungkan (mutual
benefit principle): Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip integritas: Dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan, karyawan, maupun perusahaannya.
Etos Kerja.
Etos berasal dari bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter,
serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat .Dalam kamus besar bahasa Indonesia
etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang
atau sesesuatu kelompok. Secara terminologis kata etos, yang mengalami
perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda
yaitu:
- Suatu aturan umum atau cara hidup
- Suatu tatanan aturan perilaku.
- Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat aturan tingkah laku .
Dalam
pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau
berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita-cita
yang positif.
Akhlak atau
etos dalam terminologi Prof. Dr. Ahmad Amin adalah membiasakan kehendak.
Kesimpulannya, etos adalah sikap yang tetap dan mendasar yang melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah dalam pola hubungan antara manusia dengan
dirinya dan diluar dirinya .
Dari keterangan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kata etos berarti watak atau karakter seorang individu atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan yang disertai dengan semangat yang tinggi guna mewujudkan sesuatu keinginan atau cita-cita.
Etos kerja
adalah refleksi dari sikap hidup yang mendasar maka etos kerja pada dasarnya
juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai
yang berdimensi transenden.
Secara umum,
etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan
individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah:
- Pendorang timbulnya perbuatan.
- Penggairah dalam aktivitas.
- Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Realisasi Moral Bisnis
Etika merupakan
ilmui tentang norma-norma. Nilai-nilai dan ajaran moral. Sedangkan moral adalah
rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban
manusia. Moral (Bahasa Latin Moralita) adalah istilah manusia menyebut kepada
manusia atau oranglainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif.
Pendekatan-pendekatan
Stakeholder
Pendekatan stakeholder
merupakan sebuah pendekatan baru yang banyak digunakan. Khususnya dalam etika
bisnis. Belakangan ini dengan mencoba mengintegrasikan kepentingan bisnis
disatu pihak dan tuntutan etika di pihak lain. Dalam hal ini, pendekatan
stakeholder adalah cara mengamati dan menjelaskan secara analitis bagaimana
berbagai unsur dipengaruhi dan mempengaruhi keputusan dan tindakan bisnis.
Pada umumnya
ada dua kelompok stakeholder:
- Kelompok primer: kelompok perimer terdiri dari pemilik modal atau saham, kreditur, karyawan, pemasuk, konsumen, penyalur, dan pesaing atau rekan.
- Kelompok sekunder: terdiri dari pemerintah setempat, masyarakat paa umumnya, dan masyarakat setempat. Yang paling penting di perhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya. Berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang di jalin dengan kelompok tersebut. Yang berarti demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis suatu perusahaan, perusahaan tersebut tidak boleh merugikan satupun kelompok stakeholder primer diatas.
SUMBER:
- Bartens, Kees. 2000. PENGANTAR ETIKA BISNIS. ISBN 979-672-700-5.KANISIUS, Yogyakarta.
- Keraf, Sonny. 1998. ETIKA BISNIS. IBSN 978-979-672-094-1. KANISIUS, Yogyakarta
- Prananda, Eka. 2013. Pendekatan Stockholder. Blogspot(diakses tanggal 20 Oktober)
- http://aliciakomputer.blogspot.com/2008/01/etos-kerja.html
- http://universitaspendidikan.com/prinsip-prinsip-etika-bisnis-dan-prinsip-etika-profesi/
- http://elysha01.blogspot.com/2010/10/sasaran-dan-lingkup-etika-bisnis.html
- http://www.slideshare.net/lilikmafula/etika-dan-bisnis
- http://www.slideshare.net/Deddy21/teoritika-etika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar